January 11, 2025
Shin Tae

Shin Tae Di ambang jurang kegelapan sepak bola Indonesia tahun 2020, Shin Tae-yong hadir sebagai secercah harapan. Dengan visi yang tertuju pada generasi muda, ia membalikkan keadaan secara dramatis. Pilihannya untuk menaruh kepercayaan penuh pada para pemain muda menjadi kunci kebangkitan yang kini tengah kita saksikan IDNSCORE.

Turnamen perdana Shin Tae-yong sebagai pelatih timnas Indonesia pada ASEAN yang sempat tertunda akibat pandemi Covid-19, menyajikan kejutan besar. Skuad Garuda yang sebelumnya tak banyak diperhitungkan, secara mengejutkan mampu mencapai final.

Namun pada akhirnya, hal itu tidak terjadi karena mereka kalah dari Thailand, tetapi itu menjadi awal yang sangat bagus bagi tim. Dengan rata-rata usia di bawah 24 tahun, skuad Garuda Muda telah menunjukkan potensi luar biasa. Para pemain muda ini bukan sekadar pelengkap, namun dijadikan sebagai pemain andalan tim yang siap membawa sepak bola Indonesia ke level yang lebih tinggi.

Nama-nama seperti Witan Sulaeman, Pratama Arhan, dan Alfeandra Dewangga mendadak menjadi perbincangan. Seiring dengan meningkatnya prestasi timnas Indonesia, popularitas para pemain muda berbakat ini pun ikut naik.

Dengan lolos ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026, Indonesia secara tidak langsung telah mengukuhkan posisinya sebagai salah satu dari 18 tim teratas di Asia. Saat ini, Indonesia menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara yang mencapai tahap ini.

Timnas Indonesia Terpuruk, Absennya Pemain Muda Jadi SorotanĀ 

Kontribusi pemain keturunan Indonesia telah menjadi salah satu faktor penting dalam peningkatan performa timnas. Para pemain yang memiliki ikatan dengan tanah air, telah berhasil memperkuat skuad dan memberikan warna baru dalam permainan timnas.

Di bawah arahan Shin Tae-yong, timnas Indonesia telah menunjukkan progres yang signifikan. Namun, dalam beberapa pertandingan terakhir, terlihat adanya pergeseran komposisi pemain. Absensi beberapa pemain muda berbakat yang sebelumnya menjadi andalan tim mulai terasa dampaknya.

Kekalahan 2-1 dari cina pada Selasa lalu menjadi noda pertama bagi Timnas Indonesia di babak ketiga kualifikasi Asia. Menariknya, dalam pertandingan tersebut, hanya Asnawi dan Witan yang merupakan pemain kelahiran Indonesia murni.

Lima hari sebelumnya, hanya Malik Risaldi yang mewakili tim lokal dalam pertandingan imbang 2-2 dengan Bahrain . Hasil imbang yang mengesankan bulan lalu melawan Arab Saudi dan Australia juga hanya memperlihatkan dua pemain lokal sebagai starter.

Rotasi Pemain: Shin Tae-yong Cari Formula Terbaik untuk TimnasĀ 

Entah karena kebetulan atau memang sudah direncanakan, pelatih timnas telah memastikan kehadiran pemain lokal dalam jajaran pemainnya. Namun bukan berarti pemain lokal telah sepenuhnya mengambil alih.

Pemain-pemain seperti Witan, Rizky Ridho, Egy Maulana dan Wahyu Prasetyo tetap menjadi bagian penting dalam tim dan sering diturunkan dari bangku cadangan meski tidak bermain sejak peluit pertama dibunyikan.

Terdapat pergeseran pemain inti Timnas Indonesia jika dibandingkan dengan awal tahun ini. Pada Piala Asia AFC lalu, kita melihat enam pemain lokal menjadi starter, namun kini situasinya telah berubah.

Dalam upaya memperkuat timnas, Shin Tae-yong secara konsisten memilih pemain lokal. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat membangun rasa memiliki dan loyalitas yang lebih tinggi terhadap negara.

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) juga patut dipuji atas sifat agresif yang mereka lakukan dalam mengamankan bakat-bakat luar negeri ini.

Naturalisasi: Jalan Pintas atau Keuntungan Jangka Panjang

Peranan Indonesia dalam proses naturalisasi telah bergeser. Jika sebelumnya negara hanya menjadi tujuan bagi pemain yang sudah tidak diminati negara asalnya, kini Indonesia ingin menjadi destinasi utama bagi pemain yang memiliki potensi besar dan bersedia memberikan kontribusi maksimal.

Persaingan perebutan talenta muda semakin sengit. Mees Hilgers dan Eliano Reijnders, dua pemain potensial yang tengah bersinar di Eredivisie, kini telah memutuskan untuk membela Timnas Indonesia. Keputusan ini tentunya menarik perhatian mengingat keduanya masih memiliki peluang untuk dipanggil oleh Timnas Belanda.

Persaingan untuk mendapatkan komitmen pemain semakin ketat. PSSI dituntut untuk menawarkan sesuatu yang lebih menarik agar para pemain ini lebih memilih Indonesia daripada negara asal mereka.

Keputusan untuk mengambil pemain asing memaksa kita untuk memilih antara keuntungan jangka pendek berupa peningkatan performa timnas secara instan, atau keuntungan jangka panjang dalam pengembangan pemain muda yang akan memberikan hasil lebih baik untuk kedepannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *